Tranduser dan Sensor
2 Sensor,Transduser dan
Aktuator (Level 1 sistem otomasi)
2.1. Gambaran Umum.
Sensor, transduser dan Aktuator merupakan elemen sistem otomasi pada level 1, yaitu
level paling bawah dari sistem otomasi.
Sama seperti sistem
tubuh manusia, dimana manusia mempnyai panca indra atau lima
sistem indra, yaitu indra perasa, indra penglihatan, indra pendengaran, indra peraba, indra
penciuman, maka fungsi dari sensor & transduser pada sistem
otomasi meng indra besaran fisis
yang penting untuk suatu proses
atau sering disebut sebagai parameter proses. Parameter proses
itu bisa berupa, tekanan, aliran, level, temperatur, berat, berat jenis, sebutkan semua besaran
/ parameter fisika adalah potensial merupakan parameter yang penting dalam proses
manufakturing atau proses produksi. Besaran fisis ini di indra dan diolah
oleh level ke 2 dari
hirarki sistem otomasi, yaitu sistem kontrol / sistem pengendali.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem
kendali
adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem
pengukuran, sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih
dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer .
Sistem kendali / sistem kontrol (level 2 hirarki
sistem otomasi)
setelah
memproses masukan (input) dari
sensor transduser, memberikan
keluaran (output) biasanya berupa sinyal penggerak pada Actuator (penggerak).
2.2. Pengertian pokok dan Definisi
Sensor adalah alat untuk mendeteksi / mengukur suatu besaran fisis berupa variasi mekanis,
magnetis, panas, sinar dan kimia dengan diubah menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor itu sendiri terdiri dari transduser dengan atau tanpa penguat/pengolah sinyal yang terbentuk dalam
satu sistem pengindera. Dalam lingkungan sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan
kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroller sebagai otaknya.
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan
sebagainya..
Contoh; Mata
adalah
sensor penglihatan, telinga sebagai sensor
pendengaran,
kulit sebagai sensor peraba pada tubuh manusia, sedangkan thermistor adalah sensor panas, LDR
(light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, pada sistem otomasi.
Transduser adalah alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk lain, yang merupakan elemen penting dalam sistem pengendali. Secara umum transduser dibedakan atas
dua prinsip kerja yaitu: pertama, Transduser Input dapat dikatakan bahwa transduser ini akan
mengubah
energi non-listrik menjadi energi listrik. Kedua, Transduser Output adalah
kebalikannya, mengubah energi listrik ke bentuk energi non-listrik.
William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh
suatu energi di dalam sebuah sistem
transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk
yang
sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke sistem
transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik, motor
adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan sebagainya.
Apa itu Actuator (penggerak) ? Penggerak, dalam pengertian listrik adalah setiap alat yang mengubah sinyal listrik menjadi gerakan mekanis. Biasa digunakan sebagai proses lanjutan dari keluaran suatu proses
olah data yang dihasilkan oleh kontroler.
2.3. Peryaratan Umum Sensor dan Transduser
Dalam memilih peralatan sensor dan
transduser yang tepat dan
sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut
ini : (D Sharon, dkk, 1982)
a. Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah
secara kontinyu sebagai
tanggapan (response) terhadap masukan yang berubah secara
kontinyu. Sebagai contoh, sebuah
sensor panas dapat menghasilkan tegangan
sesuai
dengan panas yang dirasakannya. Dalam
kasus seperti
ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan
keluaran dibandingkan
dengan masukannya berupa
sebuah grafik.
b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas
yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti
perubahan satu
derajat pada masukan
akan
menghasilkan
perubahan
satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”,
yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka
sensitivitasnya juga akan sama
untuk jangkauan pengukuran keseluruhan.
Sensor dengan
tanggapan
paga gambar 1.1(b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari
pada temperatur yang rendah.
c. Tanggapan Waktu (time response)
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen
dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya
adalah posisi merkuri. Misalkan
perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan
kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 1.2(a).
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan hertz (Hz).
{ 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti
1000 siklus per detik]. Pada frekuensi
rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat, termometer akan
mengikuti
perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan temperatur
sangat cepat lihat gambar 1.2(b) maka tidak diharapkan akan melihat perubahan besar pada
termometer merkuri,
karena
ia bersifat lamban dan
hanya akan menunjukan
temperatur rata-rata.
Ada bermacam
cara untuk menyatakan
tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya
“satu milivolt
pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan “decibel (db)”, yaitu untuk membandingkan
daya keluaran
pada frekuensi
tertentu dengan daya keluaran pada frekuensi referensi.
2.4. Jenis Sensor dan Transduser
Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat sesuai kemajuan teknologi
otomasi,
semakin komplek suatu sistem
otomasi dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang
digunakan.
Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor
yang digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982)
a. Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.
Sensor internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi
berbagai sambungan mekanik pada robot,
dan
merupakan bagian dari mekanisme servo.
b. External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.
Sensor eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
1) Untuk keamanan dan
2) Untuk penuntun.
Yang dimaksud untuk keamanan” adalah termasuk keamanan robot, yaitu
perlindungan
terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta
keamanan untuk peralatan, komponen, dan orang-orang dilingkungan dimana robot tersebut digunakan. Berikut ini
adalah dua contoh
sederhana untuk mengilustrasikan kasus diatas.
Contoh pertama: andaikan sebuah robot bergerak keposisinya yang baru dan ia
menemui
suatu halangan, yang dapat berupa mesin lain misalnya. Apabila robot tidak
memiliki sensor yang mampu mendeteksi
halangan
tersebut, baik sebelum
atau setelah
terjadi kontak, maka akibatnya akan terjadi kerusakan.
Contoh kedua: sensor untuk keamanan diilustrasikan dengan
problem robot dalam
mengambil sebuah
telur. Apabila pada robot dipasang pencengkram mekanik (gripper),
maka sensor harus dapat mengukur seberapa besar
tenaga yang tepat untuk mengambil
telor tersebut. Tenaga yang terlalu besar akan menyebabkan pecahnya telur, sedangkan apabila terlalu kecil telur akan jatuh terlepas.
Kini bagaimana
dengan sensor
untuk
penuntun atau pemandu?. Katogori ini sangatlah luas, tetapi contoh berikut akan memberikan pertimbangan.
Contoh pertama: komponen yang terletak diatas ban berjalan tiba di depan robot yang diprogram untuk menyemprotnya. Apa yang akan terjadi bila sebuah komponen
hilang atau dalam posisi yang salah?. Robot tentunya harus memiliki sensor yang dapat mendeteksi
ada
tidaknya komponen, karena bila tidak ia akan menyemprot tempat yang kosong. Meskipun
tidak terjadi kerusakan, tetapi hal ini bukanlah sesuatu yang
diharapkan terjadi pada suatu pabrik.
Contoh kedua: sensor untuk penuntun
diharapkan cukup canggih
dalam pengelasan. Untuk melakukan
operasi dengan
baik, robot
haruslah
menggerakkan tangkai las
sepanjang garis las yang telah ditentukan, dan juga bergerak dengan kecepatan yang
tetap serta mempertahankan suatu jarak tertentu dengan permukaannya.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut ke sistem
berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh
transduser. Karena
keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka
pemilihan
transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.
2.5. Klasifikasi Sensor
Secara umum
berdasarkan
fungsi dan
penggunaannya sensor dapat dikelompokan
menjadi 3 bagian yaitu:
a. sensor thermal (panas)
b. sensor mekanis
c. sensor optik (cahaya)
Sensor thermal
adalah
sensor
yang digunakan
untuk mendeteksi
gejala
perubahan panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier,
photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis adalah
sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb.
Contoh; strain gage,
linear variable deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load
cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias
cahaya yang mengernai benda atau ruangan.
Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer
optic, dsb.
Penjelasan rinci (detil jenis sensor diatas dapat dilihat pada lampiran.
2.6. Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993)
a. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating
transduser
adalah transduser yang
hanya
memerlukan satu
sumber energi.
Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.
Ciri transduser ini adalah dihasilkannya
suatu energi
listrik dari transduser
secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
b. External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari
luar untuk menghasilkan suatu keluaran.
Contoh: RTD
(resistance thermal detector),
Starin gauge, LVDT (linier
variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
Tabel berikut menyajikan prinsip kerja
serta pemakaian transduser berdasarkan sifat
kelistrikannya.
Tabel 1. Kelompok Transduser
Parameter listrik
dan kelas
transduser
|
Prinsip kerja dan sifat alat
|
Pemakaian alat
|
Transduser Pasif
|
||
Potensiometer
|
Perubahan nilai tahanan karena
posisi kontak bergeser
|
Tekanan,
pergeseran/posisi
|
Strain gage
|
Perubahan nilai tahanan akibat
perubahan
panjang
kawat oleh
tekanan dari luar
|
Gaya, torsi, posisi
|
Transformator selisih (LVDT)
|
Tegangan selisih dua kumparan
primer akibat pergeseran inti
trafo
|
Tekanan, gaya, pergeseran
|
Gage arus
pusar
|
Perubahan induktansi kumparan
akibat perubahan jarak plat
|
Pergeseran, ketebalan
|
Transduser Aktif
|
||
Sel fotoemisif
|
Emisi elektron akibat radiasi
yang masuk pada permukaan
fotemisif
|
Cahaya dan radiasi
|
Photomultiplier
|
Emisi elektron sekunder
akibat
radiasi yang
masuk ke katoda sensitif cahaya
|
Cahaya, radiasi dan
relay sensitif cahaya
|
Termokopel
|
Pembangkitan ggl
pada
titik
sambung
dua
logam yang
berbeda akibat dipanasi
|
Temperatur,
aliran
panas, radiasi
|
Generator
kumparan putar
(tachogenerator)
|
Perputaran sebuah kumparan di
dalam
medan magnit
yang
membangkitkan tegangan
|
Kecepatan, getaran
|
Piezoelektrik
|
Pembangkitan ggl bahan kristal
piezo akibat gaya dari luar
|
Suara, getaran,
percepatan,
tekanan
|
Sel foto tegangan
|
Terbangkitnya
tegangan pada
sel
foto
akibat rangsangan
energi dari luar
|
Cahaya matahari
|
Termometer
tahanan (RTD)
|
Perubahan nilai tahanan kawat
akibat perubahan temperatur
|
Temperatur,
panas
|
Hygrometer
tahanan
|
Tahanan sebuah strip konduktif
berubah
terhadap
kandungan
uap air
|
Kelembaban relatif
|
Termistor (NTC)
|
Penurunan
nilai tahanan logam
akibat kenaikan temperatur
|
Temperatur
|
Mikropon kapasitor
|
Tekanan
suara mengubah nilai
kapasitansi dua buah plat
|
Suara, musik,derau
|
Pengukuran reluktansi
|
Reluktansi
rangkaian
magnetik diubah dengan mengubah posisi
inti besi sebuah kumparan
|
Tekanan,
pergeseran, getaran, posisi
|
Sumber: William D.C, (1993)
2.7. Beberapa contoh jenis
Aktuator yang umum dipakai :
· Relai adalah alat
yang dioperasikan dengan
listrik dan
secara
mekanis mengontrol penghubungan
rangkaian listrik, bermanfaat untuk kontrol jarak jauh dan
untuk pengontrolan alat tegangan dan arus tinggi dengan sinyal kontrol tegangan dan arus rendah. Bekerja berdasarkan
pembentukan elektromagnet yang menggerakkan
elektromekanis penghubung dari
dua atau lebih titik penghubung (konektor) rangkaian sehingga dapat menghasilkan
kondisi kontak ON atau kontak OFF atau kombinasi dari keduanya.
· Selenoid
adalah alat
yang digunakan untuk mengubah sinyal listrik atau arus listrik
menjadi gerakan mekanis linear. Terbentuk dari kumparan dengan inti besi yang dapat bergerak, besarnya gaya tarikan atau dorongan yang dihasilkan adalah ditentukan
dengan
jumlah lilitan kumparan tembaga dan besar arus yang mengalir melalui kumparan.
· Stepper adalah alat yang mengubah pulsa listrik yang diberikan menjadi gerakan rotor
discret (berlainan)
yang disebut
step (langkah). Satu putaran motor memerlukan 360 derajat dengan jumlah langkah yang tertentu perderajatnya. Ukuran kerja dari
stepper
biasanya diberikan dalam jumlah langkah per-putaran per-detik. Motor
stepper
mempunyai kecepatan dan torsi yang rendah namun memiliki kontrol gerakan posisi yang cermat, hal ini dikarenakan memiliki beberapa segment kutub kumparan.
· Motor DC adalah alat yang mengubah pulsa listrik menjadi gerak, mempunyai prinsip dasar yang sama dengan motor stepper namun gerakannya bersifat kontinyu atau berkelanjutan. Motor DC dibagi menjadi 2 jenis yaitu ; Motor DC dengan sikat (mekanis komutasi), yaitu motor yang memiliki sikat karbon berfungsi sebagai pengubah arus
pada kumparan sedemikian rupa sehingga arah tenaga putaran motor akan
selalu sama. Motor DC tanpa sikat , menggunakan semi konduktor untuk merubah maupun membalik arus
sehingga layaknya pulsa
yang menggerakkan
motor
tersebut. Biasa digunakan pada
sistem servo, karena mempunyai efisiensi tinggi, umur pemakaian lama, tingkat
kebisingan
suara listrik rendah, karena
putarannya halus seperti
stepper namun putarannya terusmenerus
tanpa adanya step. + Rano (Sumber: Buku Elektronik Industri,
Frank D. Petruzella)
Komentar
Posting Komentar